Spesies Kelinci Langka Kembali Dijumpai di Sumatra


Spesies Kelinci Langka Kembali Dijumpai di Sumatra

Sekelompok peneliti dari University of Delaware berhasil merekam gambar seekor kelinci di pedalaman hutan Sumatra. Bukan kelinci biasa, kelinci yang ditemukan merupakan kelinci belang Sumatra (Nesolagus netscheri), salah satu spesies hewan paling langka di dunia yang sebelumnya baru pernah tertangkap kamera sebanyak tiga kali saja.

Uniknya, para peneliti tidak sengaja menemukan hewan tersebut, karena mereka sebenarnya tengah mencari kucing-kucing liar seperti macan tutul, berukuran menengah dan kecil. Berhubung belum pernah ada studi yang komprehensif terkait kelinci belang Sumatra, Jennifer McCarthy, peneliti dari Department of Entomology and Wildlife Ecology, College of Agriculture and Natural Resources (CANR) menyatakan, selain melanjutkan studi mereka terkait spesies kucing-kucing tersebut, mereka juga akan fokus melakukan penelitian terhadap spesies kelinci ini.

“Ini merupakan data terbanyak yang pernah dikumpulkan terkait kelinci-kelinci ini,” kata McCarthy. “Saat ini yang kami pikirkan adalah bagaimana mencari informasi terkait berapa jumlah mereka dalam satu area dan kami berharap temuan ini bisa menjadi pemicu ke arah sana,” ucapnya.

Dalam studinya, McCarthy menggunakan sepuluh foto kelinci belang Sumatra yang didapat di dua lokasi berbeda berjarak 790 meter di kawasan Liwa, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Setelah mengumpulkan foto-foto, tim peneliti melakukan survei di antara rekan-rekan sesama peneliti yang bekerja di kawasan dilindungi lainnya di Sumatra. Tujuannya untuk mengetahui apakah mereka pernah mendokumentasikan kelinci belang Sumatra untuk mendapatkan gambaran di mana kelinci-kelinci ini tinggal.

Menurut McCarthy, kolaborasi antara berbagai kelompok peneliti spesies hewan sangat dibutuhkan karena jika tidak, mereka akan menyia-nyiakan sebuah temuan yang sangat penting.

Benar saja, McCarthy dan timnya mendapati bahwa para peneliti tidak pernah mencatat spesies tersebut. Namun, terungkap bahwa sejumlah ilmuwan di Taman Nasional Kerinci Seblat, yang terletak di empat wilayah propinsi yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Selatan, baru-baru ini pernah melihat kelinci itu beberapa kali.

Saat ini, McCarthy dan timnya sangat bersemangat untuk mempelajari spesies yang telah terlalu lama diabaikan tersebut. “Kami punya kesempatan bukan hanya untuk menemukan kembali spesies ini, tetapi yang penting adalah agar perhatian kembali diberikan pada spesies kelinci yang sangat langka,” ucapnya.

“Seringkali, spesies seperti kelinci tidak diperhatikan karena sebagian orang tidak tahu bahwa ada spesies kelinci Sumatra. Salah satu bagian dari melakukan pekerjaan lapangan di kawasan terpencil adalah, kita bisa menemukan hal-hal seperti ini, dan itu sangat penting bagi upaya konservasi,” ucap McCarthy. McCarthy dan timnya sendiri mempublikasikan detail temuannya di Oryx, sebuah jurnal internasional terkait kehidupan satwa liar.
Sumber: PhysOrg, Dephut

Pesawat Tenaga Surya Terbang Lintas Benua


Pesawat Tenaga Surya Terbang Lintas Benua

Rute yang akan ditempuh adalah dari Swiss ke Moroko, dengan waktu tempuh sekitar 48 jam. Pesawat dijadwalkan lepas landas dari pangkalan militer di Payerne, Swiss, pada Kamis (24/5) pukul 06.45 waktu setempat dan mendarat untuk transit di Madrid pada Jumat pukul 02.00 waktu setempat.

Penerbangan akan dilanjutkan paling cepat pada hari Senin, dari Madrid menuju ibukota Moroko, Rabat. Penerbangan pertama akan dipiloti Andre Borschberg, sementara penerbangan kedua oleh pilot Bertrand Piccard.

Jika sukses, penerbangan sejauh 2.500 kilometer tersebut akan menjadi rute terpanjang bagi pesawat yang sebelumnya sudah melakukan pertunjukan terbang di Paris dan Brusel tahun lalu. Penerbangan ini juga menjadi latihan untuk program terbang keliling dunia yang dijadwalkan pada 2014 nanti.

Pesawat single-seater (satu kursi) ini memiliki bentuk seperti capung. Lebar sayapnya seukuran pesawat besar tapi bobotnya tak lebih dari sebuah mobil sedan dengan kecepatan terbangnya 50 kilometer per jam.

Sejumlah rekor berhasil diraih, yaitu rekor penerbangan terpanjang untuk pesawat tenaga surya berawak, setelah mampu mengudara selama 26 jam, 10 menit dan 19 detik di langit Swiss. Juga rekor untuk ketinggian terbang 9.235 meter.

Pesawat ini juga sudah pernah terbang beberapa kali di antaranya menempuh jarak antar bandara-bandara di Jenewa dan Zurich, serta Paris dan Brussel.

Penerbangan ke Moroko kali ini akan dilakukan bersamaan dengan peresmian pembangkit termal tenaga surya terbesar yang terletak di kawasan Ouarzazate, di sebelah selatan Moroko.
Sumber: Phys.org

Cerita Rakyat Dikenalkan dalam Kesenian Wayang


Cerita Rakyat Dikenalkan dalam Kesenian Wayang

Untuk menanamkan nilai-nilai budaya Jawa, cerita rakyat mulai dikenalkan dalam kesenian wayang. Tak hanya esensi cerita, namun penokohannya pun turut diwujudkan dalam  sosok wayang itu sendiri.

Baru-baru ini, Museum Sonobudoyo Yogyakarta sebagai museum kedua di Indonesia yang memiliki koleksi terlengkap, melakukan pengadaan koleksi terbaru. Koleksi terbaru ini adalah wayang bathok yang terbuat dari batok kelapa. Wayang ini menampilkan cerita rakyat “Ande-Ande Lumut”, cerita tentang seorang pangeran bernama Panji Asmarabangun sedang mencari istrinya, Dewi Sekartaji, yang pergi meninggalkan istana.

Pangeran dari Kerajaan Jenggala ini menyamar dengan nama Ande-ande Lumut ketika melakukan pencarian. Sementara itu, istrinya menyamar sebagai gadis kampung dan mengabdi pada janda kaya raya bernama Nyai Intan hingga akhirnya diberi nama Klenting Kuning. Dalam cerita tersebut, dihadirkan pula sosok Yuyu Kangkang yang menghalangi-halangi pertemuan raja dan permaisurinya. Berkat kesabaran, keduanya dapat bertemu dan hidup bahagia.

Kepala Seksi Koleksi Konservasi Preparasi Museum Sonobudoyo Yogyakarta Winarsih mengatakan, wayang dari batok kelapa adalah inovasi terbaru dari wayang yang selama ini identik dengan kulit. Tak sekedar itu, koleksi wayang batok ini untuk melestarikan cerita-cerita rakyat agar tidak punah.

“Wayang bathok ini belum dipamerkan di museum ini. Kami masih melakukan kajian terlebih dahulu,” katanya di Yogyakarta, Kamis (24/5).

Ia menambahkan, selain wayang bathok, Museum Sonobudoyo pun akan melakukan pengadaaan koleksi wayang dari rumput dan kertas. “Harapannya, wayang semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia. Wayang adalah kekayaan budaya yang memiliki nilai budaya yang tinggi,” papar Winarsih.

Penanggung jawab Wayang Bathok Museum Sonobudoyo Wisnu Wardhana mengatakan, bahwa selama ini belum ada inovasi wayang yang menggambarkan atau menceritakan cerita rakyat. Menurutnya, inovasi ini sangat kreatif dan cerdas karena akan mengingatkan kembali pada cerita-cerita rakyat terdahulu yang melegenda.

“Dalam cerita rakyat, terkandung makna-makna positif dalam kehidupan. Seperti cerita Ande-Ande Lumut, kita diajak untuk lebih rajin berusaha, bekerja keras, kesetiaan, dan pantang menyerah,” ujar Wisnu.

Ditambahkannya, baru pertama kali ini khususnya di Yogyakarta cerita rakyat dimanifestasikan dalam kesenian wayang. Ia berharap akan banyak cerita – cerita rakyat yang bisa dieksplor dan disajikan dalam pertunjukan wayang.

Sumber : National Geographic Indonesia

Gula Menumpulkan Kerja Otak


Gula Menumpulkan Kerja Otak

Konsumsi gula berlebih tidak hanya berpengaruh pada berat badan seseorang. Studi terbaru yang melibatkan percobaan pada tikus menyimpulkan, jika gula berlebih dalam tubuh juga menumpulkan kerja otak.

Untuk bisa membuktikan hal ini, peneliti syaraf Fernando Gomez-Pinilla dan timnya melatih beberapa tikus untuk bisa mencari jalan di sebuah labirin. Selama lima hari, tikus-tikus ini hanya diberi pakan sederhana dan air. Namun, selama enam pekan berikutnya, air tersebut diganti dengan sirup yang mengandung gula buah sebanyak 15 persen. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding kandungan gula dalam minuman kaleng yang mencapai 12 persen.

Selama periode waktu itu, setengah dari tikus tersebut juga diberi minyak ikan dan minyak biji rami –keduanya kaya akan asam lemak omega-3. Dalam studi terdahulu, diketahui jika antioksidan ini dapat melindungi terhadap kerusakan koneksi kimia dalam otak yang disebut sinapsis.

Setelah enam pekan, seluruh tikus ini berlari lebih lamban di dalam labirin. Namun, mereka yang menerima asupan omega-3, berlari lebih cepat dibanding rekan-rekannya yang tidak.

Dari penelitian ini disimpulkan, jika diet menggunakan gula buah dalam dosis tinggi bisa mensabotase kemampuan sinapsis berubah. Padahal bagian ini adalah kunci penting seseorang untuk belajar. Minuman bergula juga mengganggu protein insulin di area otak hipokampus. Bagian ini vital dalam membangun memori, baik untuk manusia atau pun tikus.

“Saya sangat terkejut dengan kuatnya dampak dari diet ini ke otak. Saya khawatir makanan yang diasup seseorang bisa mempengaruhi mood dan pengetahuan,” kata Gomez-Pinilla, Selasa (22/5).

Gula buah atau fruktosa umumnya lebih murah dibanding gula biasa dan digunakan sebagai campuran minuman ringan atau makanan hasil proses pabrik. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat menyebut, rata-rata orang di AS mengonsumi gula ini sebanyak 27 kilogram per tahunnya.

“Bukannya saya bilang gula buah itu buruk, tapi masalahnya adalah konsumsi berlebih. Kita ingin masyarakat memikirkan soal diet yang mereka lakukan. Termasuk mengonsumsi asam lemak omega-3,” kata Gomez-Pinilla.
Sumber: National Geographic News


Perangkat Google untuk Mengawasi Deforestasi Sumatra


Perangkat Google untuk Mengawasi Deforestasi Sumatra

Hutan alam di Sumatra menyusut sangat cepat. Sekitar 50 persen hutan alam Sumatra hancur sejak 1985, kebanyakan disebabkan oleh penebangan untuk kebutuhan produksi kertas dan kelapa sawit.

Namun, tutupan hutan yang terlalu luas membuatnya sulit diawasi hingga makin rentan dengan kerusakan. Dibutuhkan peta sebagai panduan masyarakat dan departemen terkait agar bisa memvisualisasikan hutan dan hidupan liar di Sumatra seperti badak, harimau, gajah, dan orangutan. Peta ini juga bisa menggambarkan secara detil penyempitan dan hilangnya wilayah jelajah empat satwa kunci Sumatra tersebut dari waktu ke waktu.

Koalisi LSM Eyes on the Forest membangun peta ini, hasil sumbangan tim Google Earth Outreach untuk penggunaan Google Maps Engine, sarana hosting, penyimpanan, dan pengelolaan data peta. Pemetaan ini akan memberikan gambaran tentang tutupan hutan, penggunaan lahan, dan keanekaragaman hayati yang dikumpulkan dari hasil kerja-kerja lapangan selama puluhan tahun.

Peta-peta yang ditampilkan juga akan memberikan gambaran tentang nilai ekologis dan kultural Sumatra yang luar biasa. Termasuk keanekaragaman hayati dan hidupan liar di dalamnya serta cadangan karbon di lahan gambut.

Dikatakan Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, perangkat hasil kerjasama ini akan memudahkan pembuatan peta. Karena kini tidak hanya dimengerti orang-orang dengan spesialisasi tertentu saja. “Kami yakin pemberdayaan masyarakat sipil dengan informasi seperti ini akan dapat menyelamatkan sisa hutan di Sumatra, sekaligus membantu restorasi hutan yang sudah rusak,” ujar Nazier dalam rilisnya, Kamis (24/5).

Laporan WWF tahun 2010 berjudul “Sumatra’s Forests, their Wildlife and the Climate. Windows in Time: 1985, 1990, 2000 and 2009” menjadi dasar proyek pemetaan ini. Laporan ini disusun selama delapan tahun di lapangan, hasil kontribusi analisis dari banyak individu dan lembaga yang bekerja untuk isu di Sumatra.

Isi laporan mencakup data berpuluh tahun tentang deforestasi, spesies dan hutan, wilayah paling kritis, dan lokasi konflik manusia–satwa. Dengan teknologi yang ditawarkan Google, fakta tentang penghancuran hutan di Sumatra dan siapa pelakunya, dapat diperlihatkan kepada dunia. Dampak lain dari peta ini adalah menjadi acuan untuk pengambil kebijakan, untuk mendorong perlindungan hutan alam yang tersisa di Sumatra.

“Eyes on the Forest dapat menggunakan sarana Google Maps Engine cloud-base untuk berbagi data hutan kepada semua orang,” kata Tanya Birch, Manajer Program Google Earth Outreach.

Sumber: WWF

Australia jadi Saksi Punahnya Kelelawar Ini


Australia jadi Saksi Punahnya Kelelawar Ini

Christmas Island, bagian dari teritori Australia di Samudra Hindia, tidak lagi memiliki spesies kelelawar Christmas Island pipistrelle (Pipistrellus murrayi). Spesies ini terakhir kali didokumentasikan pada Agustus 2009 dan sejak itu tidak lagi ada penampakannya.

Menurut jurnal di Conservation Letters, kelelawar ini dipastikan sudah punah setelah tidak ada tindakan apa pun dari Pemerintah Australia untuk mencegah penurunan jumlahnya. Dengan demikian, kelelawar ini jadi mamalia pertama yang punah di Negeri Kangguru dalam 50 tahun terakhir.

Christmas Island pipistrelle – mamalia mungil hanya seberat uang koin – diketahui memakan serangga. Cara hidupnya dengan bertengger di cekungan pohon dan vegetasi yang membusuk. Beberapa dekade lalu, hewan ini diketahui hidup menyebar di Christmas Island, bergerombol sebanyak 50 individu atau lebih.

“Belum diketahui apa dampak ekologi jangka panjang punahnya pipistrelle, tapi hilangnya mereka akan berujung pada bertambahnya jumlah serangga,” kata Tara Martin dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Rabu (23/5).

Jumlah pipistrelle di Chirstmas Island sempat melimpah sebelum pertengahan 1980-an. Namun, selepas masa itu, jumlahnya mengalami penurunan drastis dengan kehilangan yang nampak mencolok. Tak ada lagi komunitas mereka di habitat yang biasa ditemui. Data antara tahun 1994 hingga 2006, menyebut jika populasi pipistrelle menurun hingga 80 persen.

Pada Januari 2009, sebuah ekspedisi menemukan hanya empat individu pipistrelle di satu pohon yang sama. Pengamat kelelawar Lindy Lumsden menyatakan saat itu sudah ada peringatan yang dikeluarkan untuk Pemerintah Australia. “Jika angka penurunan ini terus bertahan, maka kemungkinan spesies in akan punah pada enam bulan ke depan,” demikian bunyi peringatan Lumsden saat itu.

Lumsden baru mendapat izin menangkap dan menangkar pipistrelle pada Agustus 2009. Tapi lamanya rentang waktu perizinan membuat pipistrelle ini gagal selamat dari kepunahan. Selama empat pekan melakukan survei lokasi, Lumsden dan timnya hanya menemukan satu indvidu pipistrelle. Itu pun tidak bisa mereka tangkap hingga akhirnya tidak terlihat sama sekali pada 26 Agustus 2009.

Belum diketahui secara pasti penyebab punahnya mamalia ini. Hanya ada perkiraan berupa hadirnya spesies ular sebagai predator dan invasi dari semut kuning. Selain itu dipertimbangkan pula adanya penyakit yang menyebar meski belum ditemukan bukti yang menguatkan perkiraan terakhir ini.

Sumber: Mongabay

Konversi Lahan Ancam Kehidupan Warga Lokal


Konversi Lahan Ancam Kehidupan Warga Lokal

Pemerintah negara-negara di Asia Tenggara dianjurkan agar tidak tergiur janji pengembang yang ingin mengubah lahan pertanian menjadi usaha agroproduksi. Selain bisa menyingkirkan masyarakat pedesaan, hal ini juga menghilangkan mata pencaharian petani dari lingkungan alaminya.

Demikian disampaikan dua pakar PBB soal makanan dan masyarakat asli, Olivier De Schutter dan James Anaya, dalam rilisnya, Rabu (23/5). De Schutter menyarankan agar segala kesempatan ekonomi dari lahan pertanian jangan sampai memakan hak azasi manusia dari populasi lokal yang ada.

“Untuk memastikan hak-hak dasar komunitas ini tidak dilanggar, Pemerintah harus meningkatkan kewaspadaannya terhadap akusisi lahan berskala besar. Mereka ini adalah petani kecil, nelayan, pemburu, atau pun perajin,” ujar pernyataan De Schutter dan Anaya.

Konversi lahan juga bisa mempengaruhi kebutuhan pangan orang banyak. Sebagai contoh, ancaman konversi lahan hutan dan pertanian skala kecil sekitar satu hingga dua juta hektare di Merauke bisa berdampak pada kebutuhan pangan 50.000 orang.

Bukan hanya di Indonesia, kasus ini pernah di region Isabela, Filipina, ketika sekitar 3.000 hektare tanah diubah menjadi ladang produksi gula. Luas lahan ini akan bertambah 8.000 hektare lagi dan diprediksi berdampak ke sekitar 45.000 penduduk.

“Sering kali, pembangunan berskala besar berarti perubahan seluruhnya dari penggunaan dan akses tanah,” kata De Schutter. “Jika lingkungan tempat mereka bergantung didayagunakan ulang, didegradasi, maka kemampuan mereka untuk menghasilkan makanan akan sangat terancam.”

Selain bisa mempengaruhi pangan, tambah De Schutter, konversi lahan juga dapat mengancam spesies-spesies unik dari Merauke. Sedangkan di Isabela, perubahan lingkungan dapat memicu terjadinya banjir dan tanah longsor.

Sumber : National Geographic Indonesia

Burung Dara-Laut China Terancam Punah


Burung Dara-Laut China Terancam Punah

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat penting dalam hal keanekaragaman hayati laut dan pantai. Sebagai negara yang memiliki garis pantai nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada, Indonesia menjadi negara potensial untuk persinggahan burung migrasi.

Salah satu jenis burung laut yang melakukan migrasi adalah Dara-laut China (Sterna bernsteini). Burung berukuran 40 sentimeter yang berkembang biak di China ini mengembara dengan menggunakan koridor daratan timur sebagai rute perjalanannya. Wilayah pengembaraannya pernah tercatat hingga ke perairan di sekitar Manila, Serawak, dan Halmahera.

Kegiatan migrasi burung yang ekornya bercabang ke dalam ini setiap tahunnya dimulai sekitar Oktober hingga April. Pada bulan September hingga November, merupakan musim dingin di tempat asalnya. Sehingga mereka melakukan pengembaraan dan baru kembali lagi pada Maret hingga April kala musim semi tiba. Hal utama yang membedakan antara dara-laut China di Indonesia dengan yang berbiak di China adalah dari dahinya yang tampak lebih putih.

Dwi Mulyawati dari Bird Conservation Officer Burung Indonesia, menjelaskan, bahwa dari sekitar 14 jenis dara-laut yang merupakan suku Laridae yang terdapat di Indonesia, dara-laut China merupakan satu-satunya jenis terancam punah. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan statusnya “kritis”. Secara global, jumlah populasi dara-laut cina sekitar 50 individu dewasa.

“Populasinya yang cenderung menurun diakibatkan semakin berkurangnya habitat alaminya yaitu lahan basah di kawasan pesisir, serta pengambilan telurnya untuk konsumsi yang tersaru dengan jenis telur burung pantai lain” ungkap Dwi, Selasa (22/5).

Di Indonesia, burung yang menyukai laut terbuka dan pulau-pulau kecil ini pernah diketahui berada di kawasan Maluku Utara melalui sebuah spesimen tunggal yang dikoleksi dari Kao, Halmahera, pada 22 November 1861. “Namun sejak saat itu, jenis ini sangat jarang dilaporkan terlihat di perairan Indonesia,” lanjut Dwi.

Di China baru-baru ini ditemukan tempat berkembang biaknya, yaitu di pantai timur China: Zhejiang dan Provinsi Fujian. Di tempat lainnya dia pernah terlihat juga di Serawak (Malaysia), Taiwan, Thailand, dan Filipina. Di Taiwan, dara-laut China terakhir kali terlihat tahun 2000 sebanyak empat ekor dewasa dan empat anakan. Perjumpaan ini terjadi setelah sekitar 63 tahun lamanya tidak pernah terlihat keberadaannya.

Dwi menjelaskan, sekilas burung yang sering bergerombol di perairan lepas pantai maupun daerah pesisir ini memiliki kesamaan dengan dara-laut jambul (Sterna bergii). Namun, burung ini dapat dibedakan melalui cirinya yang memiliki paruh kuning dengan ujung hitam, dahi putih dengan puncak kepala yang tidak seluruhnya hitam, serta ukurannya yang lebih kecil.

Sumber : National Geographic Indonesia

Hari Ini SBY-Dahlan Iskan Bahas Mobil Listrik


Hari Ini SBY-Dahlan Iskan Bahas Mobil Listrik

Realisasi mobil listrik untuk pasar Indonesia semakin nyata. Selasa lalu, 22 Mei 2012, Presiden SBY telah memanggil Menteri BUMN, Dahlan Iskan untuk merencanakan diskusi membahas mobil nasional (mobnas). Dahlan diminta menggelar pertemuan dengan pionir mobil listrik pada Jumat, 25 Mei 2012.

Empat Putra Petir” yang dijagokan Dahlan untuk mewujudkan konsep mobil listrik direncanakan bertemu Presiden SBY dan Dahlan di Yogyakarta. Empat pengembang mobil listrik ini adalah Dasep Ahmadi, Danet Suryatama, Mario Rifaldi, dan Ravi Desai.

Kamis, 24 Mei 2012, salah satu putra petir, Ravi Desai langsung terbang ke Yogyakarta untuk memenuhi undangan itu. Alumnus universitas India itu memberikan kabar pendaratannya di Yogya kepada Vivanews pada Kamis kemarin pukul 14.06 WIB.

“Pak Dahlan kemarin (Rabu, 23 Mei 2012) pagi sempat ke bengkel mobil saya dan lihat peralatan mobil listrik,” tulis Ravi dalam SMS-nya.

Rabu lalu sekitar pukul 09.00 WIB, Dahlan mengunjungi pabrik mobil listrik milik Ravi di bilangan Serpong. Mobil listrik itu sedang dalam proses perbaikan. Biasanya mobil ini dibangun di pabriknya, Cikupa.

“Pak Dahlan cukup senang. Saya lebih banyak konsentrasi memperbaiki komponen. Hampir 90 persen sudah lengkap,” ujar Ravi ketika dikontak VIVAnews, Kamis, 24 Mei 2012.

Ravi memilih fokus ke komponen karena bagian luar, seperti desain chasis mobil listrik, dapat menggunakan mobil apa saja. Pemilik PT Benua Green Energy ini mengutamakan keamanan pengguna untuk persiapan apabila mobil listrik diproduksi dalam jumlah besar nantinya.

Pria yang memiliki bisnis di bidang energi terbarukan ini optimistis dapat menyelesaikan formula khusus aki mobil listrik pada 30 Mei 2012. Bahkan, dia yakin pada 15 Juni 2012 sudah bisa melenggang di jalan umum dengan mobil listrik.

Menurut Ravi, rencananya Dahlan akan menggelar pertemuan pada pukul 11.00 WIB hari ini.

Sumber : Vivanews

Dinosaurus Ini Tidak Makan 86 Juta Tahun


Dinosaurus Ini Tidak Makan 86 Juta Tahun

Apabila ada makhluk yang tidak makan selama 86 juta tahun, maka mungkin Anda menduga dia akan sangat kelaparan. Ternyata, tidak. Bakteri tangguh yang ditemukan ilmuwan di dasar laut Pasifik ini hampir dapat bertahan tanpa makanan.

Makhluk bawah laut itu ditemukan peneliti saat pengeboran ke lapisan tanah liat merah lunak di bawah dasar Pasifik. Daerah ini hampir tidak dijamah makhluk laut lain. Beberapa planton yang mati di dalam air telah larut sebelum potongan itu bisa mencapai dasar laut.

Sangat jarang partikel tunggal mendarat di sana. Peneliti dari Universtias Aarhus, Denmark, Hans Roy mengatakan, “Coba Anda bayangkan bahwa sebutir sendimen jatuh di permukaan. Butuh waktu ribuan tahun sebelum butiran berikutnya akan sampai di sana.”

Roy bersama tim ekspedisi pada 2009 mengambil sampel sendimen purba dan menemukan bakteria hidup di lapisan tanah itu. Temuan ini sangat mengejutkan mengingat hampir tidak ada nutrisi untuk makan di bawah sana.

“Mereka meninggalkan permukaan 86 juta tahun lalu dengan bekal makanan. Mereka masih saja makan dari situ,” ujar Roy seperti dilansir dari Dailymail.co.uk.

Roy menggambarkan kondisi itu seperti membagi pie berkali-kali tanpa ada yang memakan sisa terakhir. Tim Roy menyatakan temuan ini kemungkinan makhluk dengan metabolisme paling lambat. Ditambah kondisi tidak ada oksigen dan nutrisi yang mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Roy belum bisa menentukan umur bakteria tersebut. Mereka diperkirakan telah bereproduksi secara lambat sejak zaman dinosaurus. Makhluk ini bisa berumur jutaan tahun. Mereka bertahan dengan terus memperbarui diri secara cepat untuk memperbaiki kerusakan karena penuaan.

Sumber : DailyMail