Open Source Sulit Kompatibel? Tidak Juga


Open Source Sulit Kompatibel? Tidak Juga

Adopsi open source di Indonesia terus tumbuh dan berkembang. Namun pengadopsian ini kerap terganjal sejumlah hal. Salah satunya kekhawatiran yang menyebutkan open source masih kesulitan untuk urusan interoperabilitas.
Kabarnya, karena integrasi dengan software atau hardware dinilai sulit, untuk penggunaan di dunia kerja atau perkantoran, open source masih belum dilirik. Apa benar demikian?

“Justru sebaliknya. Itu kan informasi yang misleading,” kata penggiat open source I Made Wiryana. Keterbukaan open source menurutnya, memungkinkan pengguna bisa mengetahui source code software untuk kemudian memodifikasinya agar memenuhi interoperabilitas yang diinginkan.

“Secara teoritis contohnya begini, saya punya software dan tahu source code-nya. Lalu ada software lain, tahu juga source code-nya. Walaupun kedua software itu berbeda, kita tau dalamnya seperti apa. Nah kita bisa buat software penghubung keduanya, kan ada source codenya,” jelas Made.

Sedangkan pada software propietary, semuanya ditutup. Jika formatnya tidak sesuai, pengguna tidak bisa menukar datanya. Nah jika punya source code, walaupun tidak ada mekanisme pertukaran data, disebutkan Made, bisa dijembatani.

“Jadi menurut saya itu informasi yang sangat salah bahwa open source itu tidak interoperabilitas. Justru open source itu yang paling mendukung interoperabilitas karena dia tidak bisa mengunci,” terang pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Gunadarma ini.

Timbulnya persepsi ini, Made menduga karena orang melihat open source memiliki banyak versi yang terdiri dari beragam distro sehingga tidak akan saling kompatibel.

“Kenapa keluar pernyataan itu, karena kepalanya masih kepala propietary yang berpikiran semuanya serba tertutup,” jelasnya.

Sumber : Detikinet